NAGEKEO - Untuk diketahui, bahwa kandungan vitamin daun kelor khasiatnya lebih tinggi dari jeruk dan wortel. Konsumsi satu mangkok kelor nilai protein dan vitaminnya setara dengan mengkonsumsi 11 gelas susu.
Menurut Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) Yusman Syaufakat dikutip dari laman kontan, daun kelor memiliki kandungan vitamin tingggi dan juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan. Bahkan, vitamin C di daun kelor tujuh kali lebih banyak dari jeruk.
Baca juga:
Indonesia Satu: Media Pemersatu Bangsa
|
Dari perbandingan hasil kajian itu, sekarang kita dapat mengatahui bahwa daun kelor sangat besar manfaatnya bagi kesehatan manusia baik itu digunakan dengan cara konsumsi ataupun digunakan dengan cara pengobatan, perawatan diluar seperti perawaratan kulit.
Bicara tentang perawatan kulit, banyak kaum hawa berpikir solusi dan cara mencegah agar kulit wajah mereka tetap terlihat cantik dan bersih. Apalagi jenis kulit kaum hawa yang berada di daerah tropis seperti di NTT umumnya Nagekeo khususnya. Dimana tingkat suhu di wilayah tersebut pasca musim penghujan naik kisaran 36 hingga 40 derajat calcius.
Sehingga, jenis kulit di daerah seperti ini mudah kering ataupun mudah iritasi dan juga mengalami masalah kulit lainnya ketika terpapar sinar UV. Jenis iritasi kulit yang dialami kebanyakan kaum hawa di wilayah ini seperti pada umumnya ialah terdapat flek-flek hitam dan juga jerawat pada wajah-wajah mereka.
Darmawati Laka, itulah nama aslinya. Darma merupakan seorang ibu rumah tangga asal Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berhasil menemukan inovasi perawatan wajah tanpa efek samping alias perawatan wajah super natural dari bahan dasar daun kelor.
Inovasi yang digagasnya dibidang cosmetik ini ialah " Masker Kelor" dengan indikator penggunaannya untuk perawatan wajah. Ini adalah satu-satunya solusi menghilangkan flek hitam dan jerawat pada kulit wajah kaum hawa. Bukan kaum hawa saja yang dapat menggunakan masker barbahan kelor ini, pria juga dapat menggunakan masker tersebut untuk kebutuhan perawatan wajah nya.
Cara olah nya pun masih menggunakan cara tradisional sehingga dari aspek khasiat tidak bisa dipungkiri.
"Saya olah yang masih mentah sebab kalau olahan kering untuk menyatukan bahan tambahan beras dan kunyit saya kira khasiatnya berkurang jadi saya memilih olah mentah. Proses pengeringan yang saya lakukan, tidak menggunakan cahaya matahari. Pengeringannya cukup dianginkan dalam rumah karena kelor itu kalau kena sinar matahari, khasiatnya berkurang, " jelasnya kepada indonesiasatu.co.id.
Dia mengaku, dalam proses pengeringan kelor tersebut sampai pada tahap penyimpanan harus selalu standby di rumah menunggu setiap satu jam nya untuk dibolakbalikan bahan tersebut dari wadah agar mendapatkan hasil kering yang maksimal.
"Tingkat kematangan atau tingkat kekeringan dijamin karena proses tersebut saya harus standby di rumah. Dan kelor tidak boleh ditumbuhi jamur makanya setiap 1 jam saya perhatikan. Setelah sudah kering saya pindah ke tempat/wadah higienis, " sebutnya.
Kendala dalam proses produksi
Ibu anak satu ini mengaku, bisnis rumahan yang ia geluti itu telah berlangsung selama 3 bulan. Dan ia mampu memproduksi masker kelor tersebut dalam satu minggu 3 sampai 4 kilogram.
"Kendala saya cuma mesin untuk menghaluskan dan juga wadah pengering khusus. Kalau untuk sekarang saya masih haluskan secara tradisional makanya saya pruduksi belum bisa dengan jumlah banyak. Sehari saya produksi cuma 2 kilo itu untuk 3 hari jadi dalam seminggu saya dua kali olah dan setiap satu kali olah itu langsung habis dan itu habisnya hanya di pelanggan saya, " ujar Darma.
Kata Darma, omset dari hasil penjualan masker kelor itu mampu ia dapatkan dalam satu minggu kurang lebih 800 ribu. Dan strategi pemasaran yang dia lakukan sejauh ini masih mengandalkan media sosial facebook (fb) dan juga whatsapp.
"Peminatnya yang melakukan oder/permintaan masker kelor ini banyak. sejauh ini sudah sampai di luar wilayah NTT, " katanya.
Kelor masuk daftar program Pemprov NTT
Dilansir dari laman kompas, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam salah satu program kerja pada lima tahun ke depan menjadikan provinsi tersebut sebagai ladang tanaman kelor (Moringa oleifera).
NTT termasuk daerah kering sehingga sangat cocok untuk budidaya tanaman kelor. Tanaman kelor bermanfaat untuk kesehatan dan meningkatkan ekonomi masyarakat. Kelor asal Timor memiliki kualitas kelas dunia kedua setelah Spanyol.
Tanaman kelor pun mudah tumbuh di semua jenis tanah, termasuk batu-batuan dan lahan kering. Kekeringan tidak menjadi penghambat bagi tanaman ini tumbuh kembang. Luas lahan kering di NTT sekitar 2 juta hektar, sedangkan lahan basah (sawah) hanya 850.000 hektar.
Merujuk pada program Pemprov NTT digalakan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dan Ketua Dekranasda NTT Julie Sutrisno Laiskodat bahwa, pengembangan budidaya kelor Dekranasda bukan hanya mengkampanyekan kelor tetapi lebih kepada mimpi NTT menuju serba kelor.
"Jadi kami di Dekranasda itu UMKM binaan kelor itu kan banyak ada yang sabun kelor, teh kelor, nugget kelor, kopi kelor, berurusan dengan serba kelor, " kata Julie.